Oma saya sering bilang kalau lagi malam tahun baru : ‘tahun baru
sekarang kurang ramai, dulu itu sebelum jam 12 malam, kapal bunyikan
suara yang keras biar ramai. Sekarang kapalnya sudah tidak ada’
Sebenarnya sy masih sangat beruntung pernah mengalami momen seperti yang dikatakan Oma saya. Tidak hanya sekedar mendengar cerita.
Kejadiannya kalau tidak salah ingat pas kelas 3 SMP. Saya
bersekolah di salah satu SMP Negeri terkemuka di Makassar ini. Dan
gara2 itulah saya juga bisa merasakan ‘malam tahun baru’. Hanya duduk di rumah
bisa jadi sangat membosankan di malam tahun baru. Menanti ajakan papa
untuk segera naik ke mobil merupakan cita2 yang sangat mulia. Eh?
‘Ayo naik ke mobil. Kita keliling-keliling di Pantai Losari!’
Ajakan seperti itulah yang terucapkan dari mulut Papa saya yang sangat memerdekakan hati ini, karena malam tahun baru tidak hanya duduk di rumah :D.
Seperti halnya para pejuang kita yang memerdekakan bangsa ini. Setelah
bersiap2, kami naik ke mobil. Waktu saat itu menunjukkan pukul setengah
sepuluh malam. Terbilang belum terlalu banyak mobil di Makassar, jadi
belum terlalu macet.
Sampai di Pantai Losari, putar2 dan jreng! Hampa!
‘Mau beli terompet gak?’
‘Iya pa! Ma, minta uangnya’
kemudian saya mengambil uang 5.000 rupiah di tas mama lalu segera pergi membeli terompet. Memang
rasanya tahun baruan tanpa terompet bagaikan cinta tanpa kasih sayang. Setelah membeli terompet, waktu menunjukkan hampir pukul 12 malam.
Dan tiba2 hujan mengguyur kota Makassar. Dengan adanya terompet di
tangan dan memakai kacamata+hidung+kumispalsu (pasti sudah ingat apa
yang saya maksud), kami berdua (saya dan kakak saya) berlarian ke mobil untuk segera berkumpul
lagi merayakan tahun baru.
Sesampainya di mobil, basah kuyup dan seketika bunyi terompet merobek
derasnya hujan di Makassar saat itu. Ya, waktu menunjukkan pukul 12
malam pas. Dan itu artinya tahun telah berganti.
Kami merayakannya bersama di mobil, mendengarkan musik, meniupkan terompet. Sampai pukul 1:30 malam, saya tertidur, dan dengan samar-samar tetap mendengar
bunyi yang sangat berisik, ternyata itu bersumber dari kapal laut di
daerah pelabuhan.
‘Seperti ini yang sering dimaksud Oma’
Tadi malam pun, setelah merayakan tahun baru berempat dengan keluarga di atas rumah, Oma tetap berkata :
”Tahun baru sekarang kurang ramai, dulu itu sebelum jam 12 malam,
kapal bunyikan suara yang keras biar ramai. Sekarang kapalnya sudah
tidak ada’
Dengan senyum, saya mengajak Oma turun dengan hati hati dan berkata:
‘Iyaa, sudah tidak ada ya’
Dengan background kembang api yang menggebu gebu memancarkan apinya yang berwarna warni.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar